Hari ini merupakan momentum yang sangat tepat bagi seluruh umat
manusia khususnya umat Islam untuk mengingat suatu peristiwa terpenting dalam
sejarah Islam dan manusia, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa tersebut adalah proses perjalanan yang dialami Nabi Muhammad SAW dari
masjid Al-Haram di Mekkah menuju ke masjid Al-Aqsha di Palestina dan
dilanjutkan dengan perjalanan beliau ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh
untuk menghadap Allah Azza wa Jalla.
Sudah menjadi tradisi bagi seluruh umat Islam yang menghargai
rangkaian sejarah baginda Rasulullah SAW untuk selalu menyelenggarakan
peringatan Isra’ dan Mi’raj setiap
tanggal 27 Rajab. Hal ini dikarenakan banyak hikmah yang dapat diambil dari
peringatan peristiwa tersebut. Di antara hikmah dan pelajarannya adalah seluruh
umat Islam menyadari bahwa peristiwa
Isra’ dan Mi’raj merupakan peristiwa agung yang berkaitan erat dengan masalah
akidah seseorang. Bila kita menengok sejarah, bahwa ketika terjadi peristiwa
Isra’ dan Mi’raj dan Rasulullah SAW memberikan kabar tersebut kepada penduduk
Mekkah, baik yang beriman maupun yang kafir, maka serta merta orang - orang
kafir Quraisy langsung melontarkan kata - kata yang keji kepada Rasulullah SAW
bahkan ada di antara mereka yang menuduh bahwa Rasulullah SAW termasuk orang
yang kurang waras. Bahkan ada di antara orang - orang yang beriman ketika itu
yang murtad karena minimnya keyakinan atau akidah mereka. Pada saat yang
bersamaan, maka muncullah figur kaum mukminin yang sejati yang pertama kali
membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Bakar RA.
Berkat sikap tegas dan keyaninan yang mantap tersebut akhirnya Abu Bakar RA
diberi gelar Ash-Shiddiq (orang yang membenarkan).
Dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj juga dapat kita ambil pengetahuan
bahwa perintah shalat yang kita laksanakan sampai saat ini adalah ditetapkan
oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW dan umatnya ketika peristiwa Isra’ dan
Mi’raj. Adapun jumlah waktu shalat yang pertama kali Allah SWT tetapkan untuk
Rasulullah SAW dan umatnya adalah sebanyak 50 waktu. Namun ketika Rasulullah
SAW dianjurkan oleh Nabi Musa AS agar meminta keringanan jumlah waktu shalat, akhirnya
Rasulullah SAW mengajukan keringanan kepada Allah SWT agar dikurangi jumlah waktu
shalat tersebut. Setelah beberapa kali Rasulullah SAW mengahadap Allah SWT,
akhirnya ditetapkanlah bahwa kewajiban shalat bagi umat Nabi Muhammad SAW dalam
sehari semalam sebanyak 5 waktu.
Sebenarnya masih banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil
dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Namun yang terpenting adalah bagaimana
momentum peringatan Isra’ dan Mi’raj dapat membawa perubahan besar dalam
keperibadian setiap muslim. Bukankah ironis, jika peristiwa Isra’ dan Mi’raj
selalu kita peringati namun akidah dan keyakinan kita tidak bertambah terhadap
kebenaran ajaran Islam? Apakah kita tidak malu, jika peringatan Isra’ dan
Mi’raj selalu kita selenggarakan tiap tahun, akan tetapi kewajiban yang
ditetapkan pada peristiwa tersebut masih kita lalaikan? Oleh karena itu, marilah
dalam momentum peringatan Isra’ dan Mi’raj kita tingkatkan keyakinan bahwa
risalah / ajaran Islam yang dibawa oleh baginda Rasulullah SAW benar - benar membawa
cahaya kebenaran dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dan kita sebagai umat
Nabi Muhammad SAW selalu taat dan patuh kepada perintah Allah SWT dan
Rasul-Nya. Wallaahu A'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar