ELMIDAD : Ta'allum - Tafaqquh - Tathbiiq

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Kamis, 06 Juni 2013

Momentum Isra' dan Mi'raj



Hari ini merupakan momentum yang sangat tepat bagi seluruh umat manusia khususnya umat Islam untuk mengingat suatu peristiwa terpenting dalam sejarah Islam dan manusia, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Peristiwa tersebut adalah proses perjalanan yang dialami Nabi Muhammad SAW dari masjid Al-Haram di Mekkah menuju ke masjid Al-Aqsha di Palestina dan dilanjutkan dengan perjalanan beliau ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh untuk menghadap Allah Azza wa Jalla.
Sudah menjadi tradisi bagi seluruh umat Islam yang menghargai rangkaian sejarah baginda Rasulullah SAW untuk selalu menyelenggarakan peringatan  Isra’ dan Mi’raj setiap tanggal 27 Rajab. Hal ini dikarenakan banyak hikmah yang dapat diambil dari peringatan peristiwa tersebut. Di antara hikmah dan pelajarannya adalah seluruh umat Islam menyadari bahwa  peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan peristiwa agung yang berkaitan erat dengan masalah akidah seseorang. Bila kita menengok sejarah, bahwa ketika terjadi peristiwa Isra’ dan Mi’raj dan Rasulullah SAW memberikan kabar tersebut kepada penduduk Mekkah, baik yang beriman maupun yang kafir, maka serta merta orang - orang kafir Quraisy langsung melontarkan kata - kata yang keji kepada Rasulullah SAW bahkan ada di antara mereka yang menuduh bahwa Rasulullah SAW termasuk orang yang kurang waras. Bahkan ada di antara orang - orang yang beriman ketika itu yang murtad karena minimnya keyakinan atau akidah mereka. Pada saat yang bersamaan, maka muncullah figur kaum mukminin yang sejati yang pertama kali membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Bakar RA. Berkat sikap tegas dan keyaninan yang mantap tersebut akhirnya Abu Bakar RA diberi gelar Ash-Shiddiq (orang yang membenarkan).
Dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj juga dapat kita ambil pengetahuan bahwa perintah shalat yang kita laksanakan sampai saat ini adalah ditetapkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW dan umatnya ketika peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Adapun jumlah waktu shalat yang pertama kali Allah SWT tetapkan untuk Rasulullah SAW dan umatnya adalah sebanyak 50 waktu. Namun ketika Rasulullah SAW dianjurkan oleh Nabi Musa AS agar meminta keringanan jumlah waktu shalat, akhirnya Rasulullah SAW mengajukan keringanan kepada Allah SWT agar dikurangi jumlah waktu shalat tersebut. Setelah beberapa kali Rasulullah SAW mengahadap Allah SWT, akhirnya ditetapkanlah bahwa kewajiban shalat bagi umat Nabi Muhammad SAW dalam sehari semalam sebanyak 5 waktu.
Sebenarnya masih banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Namun yang terpenting adalah bagaimana momentum peringatan Isra’ dan Mi’raj dapat membawa perubahan besar dalam keperibadian setiap muslim. Bukankah ironis, jika peristiwa Isra’ dan Mi’raj selalu kita peringati namun akidah dan keyakinan kita tidak bertambah terhadap kebenaran ajaran Islam? Apakah kita tidak malu, jika peringatan Isra’ dan Mi’raj selalu kita selenggarakan tiap tahun, akan tetapi kewajiban yang ditetapkan pada peristiwa tersebut masih kita lalaikan? Oleh karena itu, marilah dalam momentum peringatan Isra’ dan Mi’raj kita tingkatkan keyakinan bahwa risalah / ajaran Islam yang dibawa oleh baginda Rasulullah SAW benar - benar membawa cahaya kebenaran dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dan kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW selalu taat dan patuh kepada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.  Wallaahu A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar